Cerita sex atau kisah ngentot kali ini adalah persetubuhan seorang guru dan muridnya. Cerita ngentot guru dan murid terbaru khusus buat pengunjung blog tante toket gede ini.
“Cewek-cewek sini cantik-cantik ya…” kata seorang tukang becak kepada dua orang rekannya yang kebetulan juga sedang makan di warung itu.
“iyo, aku sering nganter mereka pulang, wah ayu-ayu tenan… montok-montok!” salah satu temannya menimpali.
“wah, aku jadi pengin ngrasain mereka.” Kata satu lagi tukang becak yang memakai topi.
“hush! Jangan gitu.. mereka itu orang baik-bak kok dibayangin kayak gitu..” kata tukang becak kedua.
“siapa bilang baik-baik mas…” kata bapak pemilik warung itu ikut nimbrung. Aku hanya duduk sambil mencuri dengar, pura-pura tidak tertarik.
“ada tukang becak temen kalian yang cerita sama saya, kalo dia pernah nganterin sepasang siswa siswi disini ke hotel dekat sini kok! Ngapa lagi sekolah disini ke hotel nek ora ameh dho kenthu!”
ketiga tukang becak tadi manggut-manggut mendengarnya.
“parahnya lagi, gurunya juga ada yang kayak gitu lho! Padahal pake jilbab. Jangankan cuma di hotel, lha itu kejadiannya disini je. Kenthu di warung ini!” kata pemilik warung.
“waaahh boong kalo ituu… gak mungkin!!” kata tukang becak itu yidak percaya.
“weeee… kok nggak percaya tho mas, pas itu sore, mau maghrib, sekitar dua bulan yang lalu, kan warungnya sudah saya tutp trus saya udah dirumah, nhaaaa pas itu saya mau ambil uang hasil warung yang ketinggalan di warung sini, lha, pas saya same kok saya liat didalem udah ada orang kenthu! Ternyata dua-duanya guru disini. Lha wong saya sudah apal guru disini kok!” kata pak pemilik warung itu. “nhaaa!! Tuh, yang cewek keluar tuh, yang suka kenthu!” kata pak pemilik warung sambil menunjuk ke sebuah sosok yang berjilbab, baru keluar dari gerbang.
Aku turut memalingkan wajahku, melihat seorang ibu guru muda yang berwajah cantik, nampak santun dengan jilbab dan baju seragam batik dan rok panjang biru tua. Tubuhnya sekal dan pantatnya montok. “waaah.. kalo itu saya tahu, dia itu bu Asmi, guru disini! Rumahnya di perumahan ***** indah! Saya sering nganterin dia pulang! Wah, jadi dia binal juga tho! Tapi ya pantes… suaminya kan pelaut,
jarang pulang…” kata pak becak yang pakai topi.
Pikiranku segera mengalahkan suara percakapan seru di warung itu. Aku segera mendapatkan sebuah ide untuk menikmati tubuh seorang guru berjilbab yang ternyata binal. Segera aku membayar makanku ketika melihat sang ibu guru berjilbab beranjak pergi bersama seorang temannya sesama guru. Aku segera tancap gas mengikuti ibu guru cantik itu.
Dua pekan lebih setelah percakapan di warung itu, semua persiapan sudah matang. Aku sudah tahu kapan dia dirumah dan situasi rumahnya. Aku juga tahu hari apa saja pembantunya pergi keluar rumah. Lingkungannya yang sepi juga sudah kupastikan. Aku berencana akan mendapatkan kenikmatan jepitan memek guru muda cantik berjilbab itu dengan memerasnya, berpura-pura memiliki foto dari aibnya ketika melakukan hubungan badan dengan rekan gurunya di warung soto. Nama rekan gurunya, adalah Pak Roy, guru olah raga yang konon playboy.
Hari itu hari rabu sore, aku datang kerumahnya. Saat itu aku tahu adik perempuannya yang sekarang tinggal bersamanya biasany apergi pengajian se kompleks rumahnya, dan ibu Asmi yang montok berjilbab itu pulang pagi karena tidak ada jadwal mengajar. Aku memperkirakan tidak begitu sulit menikmati tubuh sang guru berjlbab semok ini karena memang sudah ada dasarnya kalau dia ini jarang dilayani kehidupan seksnya oleh suaminya yang pelaut.
Kupencet bel 2 kali, baru terdengar jawaban dari dalam. Bu Asmi sendiri yang membukakan pintu, memakai jilbab hijau muda panjang menutupi dada, dan daster putih bermotif bunga-bunga batik.
“permisi bu, saya Anto (tentu saja aku menyamarkan nama asliku). Ada perlu sebentar dengan bu Asmi.” Kataku mantap. “boleh saya masuk?”
“beliau dengan sedikit bingung mempersilahkan aku masuk, dan duduk di sofa diruang tamu. “ada perlu apa yah?” tanya bu Asmi. Pikiranku tidak langusng bisa merespon karena melihat tubuhnya yang sintal ada didepanku. Pahanya dan pantat wanita muda berjilbab semok itu samar-samar terlihat montok, ketika dia tadi berjalan kedalam rumah didepanku, karena dasternya yang tipis.
“begini bu… ini masalah pak Roy dan ibu…” kataku to the point. (gimana nggak, lha aku sudah horny berat)
Ibu guru yang cantik dan berjilbab itu langsung gelagapan. “ada…ada apa ya, dengan pak Roy?” tanyanya. Jelas berpura-pura.
“egini bu, saya tu punya gambar yang menampilkan ibu dan pak Roy.. itu lho, yang ada di warung soto. Nah, saya bingung, mau saya serahkan istrinya pak Roy, eh, pak Roy belum punya istri kan? Mau saya serahkan suami ibu, suami ibu ada di luar negri. Makanya saya kesini mau minta alamat surat suaminya ibu, agar bisa saya kirimi gambar ibu dan pak Roy…”
Bu Asmi yang cantik itu terperanjat mendengar kata2ku (yang kulebih2kan karena memang aku tidak punya gambar2nya). Dia langsung salah tingkah dan bingung. “jangan… jangan pak… jangan berikan ke suami saya… waktu itu kami berdua khilaf…” kata bu asmi . suaranya gemetar. Terlihat matanya mulai berkaca-kaca, membuatku semakin horny.
“wah, gimana yah bu, saya kan ingin jadi warga negara yang baik… atau…” kataku memancing.
“apa saja mas, saya berikan.. asal jangan serahkan gambar2 saya…” bu Asmi mengiba.
“ohh… gitu ya… apa ya… uang, saya punya banyak… kendaraan saya juga punya…” kataku pura-pura berfikir.
“apa aja pak… maafkan saya pak…” kata bu Asmi. Air mata mulai mengalir dipipi wanita alim berjilbab lebar itu.
“mmmm….” Aku pura-pura berpikir lagi. “ahaa!!” kataku seolah mendapat ide. Segera aku meraih tangan halus wanita alim berjilbab itu yang duduk tidak jauh dariku, dan aku tarik dia untuk duduk tepat disisiku.
Ibu guru alim ini berontak tapi tak mampu memberi perlawanan yang berarti melawan tenagaku yang kuat serta gertakan dan bentakan dariku. “ibu juga harus muasin aku, bikin aku ngecrot dengan tangan ibu.” Kataku sambil menaruh tangan halus wanita montok berjilbab itu tepat di kontolku diluar celana jeans, lalu kugerakkan naik turun mengelus batang kemaluanku yang sudah tegang.
:jangaaan…” katanya lirih. Aku tetap memaksanya. “udah, nikmati aja… kamu udah lama ditinggal suamimu kan… pasti kamu rindu ****** kan? Dari pada gambarmu kusebarkan…” kataku sambil mengancam. Lama kelamaan, entah karena pasrah atau memang mulai terangsang, tangan halus ibu guru montok berjilbab itu mulai bergerak sendiri. Aku mendesah panjang keenakan.
“auuughh… coba dibuka sekalian retsleting celanaku bu… biar lebih enak…” kataku memerintahkan bu Asmi, dia menuruti lalu membuka retsleting celana jeansku dan dengan lembut mengeluarkan dan mengelus-elus kontolku. Desahan terdengar dari bibir indahnya. Kerinduan wanita alim berjilbab itu akan seks mulai bangkit. setelah kontolku terasa cukup tegak dan keras, aku raih kepalanya yang masih memakai jilbab, lalu dengan sedikit memaksa aku tekan kepalanya mendekat diatas batang kontolku. Wanita montok berjilbab ini memejamkan matanya ketika kontolku kutempelkan ke wajahnya dan kutepuk2kan ke pipinya yang halus.
“mulutnya dibuka bu.” Kataku. Batang kontolku sudah kutempel dan kugesek-gesekkan di bibirnya yang masih terkatup. Dia tidak segera mau membuka bibirnya. “ayo bu… daripada gambarnya tak sebarin…” kataku. Mendengar ancamanku, perlawanannya mengendur dan pelan-pelan ia membuka bibirnya, membiarkan kontolku masuk sedikit demi sedikit ke mulutnya. “aaahh.. ” desahku. Terasa hangat ketika rongga mulut ibu guru berjilbab itu penuh oleh kontolku. Kupegang kepalanya yang masih terbungkus jilbab putih, lalu pelan-pelan kugerakkan kepalanya naik turun, memompa kontolku. Lama-lama ibu guru muda montok berjilbab itu tanpa dorongan dariku menggerak-gerakkan kepalanya sendiri. “mmmhhh…” aku mengerang. Wanita berjilbab ini sepertinya sangat hebat dalam blow job. Selain mengulum dan memompa kontolku, kuperintahkan jua dia menjilatinya dan mengulum buah pelirku juga. Sensasi tersendiri kurasakan ketika melihat wanita cantik berjilbab ini menjilat-jilat kontolku dan mengemut-emut buah zakarku dengan wajah merah padam. Marah, malu, risih, takut, namun juga birahi, dan kerinduan akan ****** menyatu jadi satu, membuat wanita cantik berjilbab ini semakin cantik.
“auh.. uh.. uuh ..” aku terus merintih menahan kenikmatan semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya
“ah .. mmhh.. Bu… ayooo bu… mau sampai buu…” rintihku karna aku merasa seperti mau meledak
Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot kontolku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu. Kepalaku langsung terangkat keatas, tubuhku terhempas di sandaran sofa. Tanganku kencang mencengkeram kepalanya yang masih terbungkus jilbab.
Rasanya seperti sedang melayang, wanita cantik bertubuh seksi berjilbab itu menelan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku. Bu Asmi lalu mengangkat kepalanya. Tatapan matanya liar, namun seolah hendak ia kendalikan. Segera dia menjauh dari tubuhku dan kontolku yang masih berkedut-kedut, lalu meraih tissue dimeja dan mengelap bibirnya yang masih ada sisa spermaku.
“saya sudah melayanimu kan, sekarang tolong mas… berikan gambarnya…” kata Bu Asmi. Tubuhnya masih bergetar. Nafasnya masih memburu. Aku tahu wanita cantik montok ini masih ada dalam genggaman nafsu birahi, sementara kenikmatan yang kuraih itu bukanlah kuanggap sebagai final, namun baru pemanasan.
Secepat kilat aku mendekatinya yang terkejut dan berusaha menghindar, namun terlambat, ketika tanganku kembali mencengkeram bagian beakang jilbabnya.
“bu…” kataku penuh nafsu. “saya mau tubuh ibu…” kataku ditengah deru nafasku dan nafasnya yang menggebu.
Setelah wajah kami berhadapan langsung aku menciuminya dengan kasar dan ganas penuh birahi. Dia yang awalnya menjerit-jerit akhirnya justru mendesah-desah ketika seluruh bagian wajahnya kujadikan sasaran ciuman. Bahkan sesaat kemudian wanita montok berjilbab ini membalas ciuman-ciumanku dengan tak kalah ganasnya. Aku segera menindih tubuh sintalnya yang masih terbalut jubah panjang putih diatas sofa. Kami berpelukan dan aku kembali mencium bu Asmi, lalu melumat bibirnya sementara tanganku bergerilya melepaskan kancing jubahny ayang berada dibagian belakang jubahnya satu demi satu. Setelah lepas semua, langsung kulepaskan jubah itu. Bu Asmi yang sudah pasrah dan terhanyut dalam nafsu birahinya, tdak memberikan perlawanan. Justru diantara nafasnya yang memburu, ibu guru muda montok berjilbab itu sempat mengangkat tubuhnya sedikit agar memudahkanku melolosi jubahnya. Segera jubah itu lepas sekalian celana dalam pink berenda yang ia pakai. Akhirnya didepanku tampak seorang ibu guru muda berjilbab bertubuh montok berbaring pasrah. Nafasny amemburu didera nafsu birahi. Tubuhnya yang sudah lama tidak disentuh lelaki menggelora. Aku meraih kontolku yang sudah kembali menegang dan mengocokny apelan. “aku akan segera menggenjotmu, ibu guru berjilbab yang cantikk..” kataku. Bu Asmi hanya memandangku dengan tatapannya yang marah namun bercamur birahi. Ia menggigiti bibir bawahnya seakan menahan nafsunya agar tidak terlepas. Jilbab dan BH hitam yang masih belum kulepas membuatnya semakin erotis, ditambah gerakan-gerakan tubuhnya yang seakan menahan derai birahi.
Asmi merintih minta ampun ketika aku melumat telinganya dari luar jilbab yang masih ia kenakan. Tak lama, aku mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang. “maaasshhh… udaaaaahhh….heeeeghhh… akuu nggaak tahaaaaan…” wanita berjilbab itu mulai meracau jalang. Aku semakin diatas angin. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali Asmi bergoyang sambil meracau binal. “aiiiihhh….emmmmhhh!!! udaaaah… maaasss… “. Setelah itu kepalaku turun hingga berhadapan dengan memeknya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan memeknya yang sudah banjir itu. Gadis alim berjilbab bertubuh semok itu semakin kelojotan tidak karuan. pahanya dibukalebar sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam memeknya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Asmi semakin mengejang hebat
“sshh.. aahh.. teruuussss maaassss…aaahhh…ampuuunnn…”
Sekitar lima menit kusapu memeknya, aku melepaskan memeknya dan kembali keatas mengulum bibirnya. Tubuhku menindih tubuh sintal ibu guru muda berjilbab itu. Pahanya sudah mengangkang. Memeknya terlihat haus akan ******. Aku membuka celanaku lalu meraih kontolku dan kugesek-gesekkan di memek nikmat ibu guru montok berjilbab itu.
“masukkan ya bu…” kataku.
“iyaaaah…masukiiin…ibu dah gak tahaaaaannn…” dengan terengah-engah ibu guru muda itu menggerak-gerakkan pinggulnya seolah tak sabar menerima kontolku. Pelan-pelan kudorong kontolku menerobos goa miliknya yang masih sempit karena jarang sekali digunakan oleh suaminya yang jarang pulang.
“auuuhhh…aiiihhh…enaaak… gateeelll…enaaaakk..” wanita muda berjilbab itu meracau dan merintih jalang ketika kontolku mulai memompa memeknya yang sempit.
Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya.
“slep.. slep..slep.. slep..slep.. slep..slep..” kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Asmi. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.
“uh..ah..mm..ssh..terus masshh..mmh” desah wanita berjilbab yang menjadi binal itu sambil meremas pantatku. Kontolku terasa semakin menegang. Tak terasa sudah dua puluh menit kami “bergoyang”. Bu Asmi sudah beberapa kali orgasme, karena kurasakan beberapa kali memek sempitnya berdenyut keras mencengkeram kontolku. Cairan kemaluannya sudah mengalir deras membasahi sofa. Wanita berjilbab ini terlihat menggelepar-gelepar, kewalahan menghadapi stamina kudaku.
“ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. udaahh maassss mmh ..enaakkhh..” rintih Asmi terpejam.
Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karena juga merasakan sesuatu yang akan keluar.
“sshh..aarrgghh” jeritnya sambil mencengkram punggungku,
“aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.
Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang kembali keluar mengguyur kontolku didalam memeknya. Ternyata bersamaan dengan orgasmeku, Bu Asmi sang Ibu Guru muda berjilbab bertubuh montok itu menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis. Setelah mengambil nafas beberapa saat, baru aku mencabut kontolku dan segera mengenakan kembali celanaku, membiarkan bu Asmi itu lemas terlentang di sofa.
“berikan gambarnya.” Kata bu Asmi lirih, ketika dia sudah mendapatkan sedikit tenaga. Ia sudah kembali duduk di sofa. Jubahnya belum ia kenakan, hanya ia gunakan untuk menutup tubuh bawahnya. Tubuh bagian atasnya ia tutup memakai jilbab panjangnya.
“gambar apa?” kataku tersenyum menang. Wanita cantik berjilbab itu kaget.
“aku hanya tau kalau ibu sudah pernah melakukan hubungan sama pak Roy dari informasi dari orang yang melihat ibu. Saya tidak punya gambar apa-apa tentang itu.” Kataku lagi.
Sebelum ibu Asmi mulai marah, aku segera mengeluarkan kartu As yang baru saja kubuat.
“tapi bu… saya tadi berhasil merekam secara sembunyi2 kegiatan kita…” ibu Asmi kembali kaget mendengar aku mengeluarkan kartu baru. “jangan lagi…” bisiknya sambil menangis.
“tidak apa-apa bu… saya tidak meminta banyak…” aku senang dengan keadaan ini. Aku sudah menang besar.
“Saya hanya minta ibu tidak melaporkan kepada siapa-siapa tentang apa yang terjadi barusan, dan…” aku kembali tersenyum senang.
“jika saya kangen, saya ingin menikmati remasan memek ibu lagi…” kataku. Bu asmi terdiam. Ia terisak.
“bagaimana bu?” ia beberapa saat tidak menyahut, namun kemudian dia mengangguk. Aku tesenyum.
Ibu Guru dan Murid Ngentot |
“Cewek-cewek sini cantik-cantik ya…” kata seorang tukang becak kepada dua orang rekannya yang kebetulan juga sedang makan di warung itu.
“iyo, aku sering nganter mereka pulang, wah ayu-ayu tenan… montok-montok!” salah satu temannya menimpali.
“wah, aku jadi pengin ngrasain mereka.” Kata satu lagi tukang becak yang memakai topi.
“hush! Jangan gitu.. mereka itu orang baik-bak kok dibayangin kayak gitu..” kata tukang becak kedua.
“siapa bilang baik-baik mas…” kata bapak pemilik warung itu ikut nimbrung. Aku hanya duduk sambil mencuri dengar, pura-pura tidak tertarik.
“ada tukang becak temen kalian yang cerita sama saya, kalo dia pernah nganterin sepasang siswa siswi disini ke hotel dekat sini kok! Ngapa lagi sekolah disini ke hotel nek ora ameh dho kenthu!”
ketiga tukang becak tadi manggut-manggut mendengarnya.
“parahnya lagi, gurunya juga ada yang kayak gitu lho! Padahal pake jilbab. Jangankan cuma di hotel, lha itu kejadiannya disini je. Kenthu di warung ini!” kata pemilik warung.
“waaahh boong kalo ituu… gak mungkin!!” kata tukang becak itu yidak percaya.
“weeee… kok nggak percaya tho mas, pas itu sore, mau maghrib, sekitar dua bulan yang lalu, kan warungnya sudah saya tutp trus saya udah dirumah, nhaaaa pas itu saya mau ambil uang hasil warung yang ketinggalan di warung sini, lha, pas saya same kok saya liat didalem udah ada orang kenthu! Ternyata dua-duanya guru disini. Lha wong saya sudah apal guru disini kok!” kata pak pemilik warung itu. “nhaaa!! Tuh, yang cewek keluar tuh, yang suka kenthu!” kata pak pemilik warung sambil menunjuk ke sebuah sosok yang berjilbab, baru keluar dari gerbang.
Aku turut memalingkan wajahku, melihat seorang ibu guru muda yang berwajah cantik, nampak santun dengan jilbab dan baju seragam batik dan rok panjang biru tua. Tubuhnya sekal dan pantatnya montok. “waaah.. kalo itu saya tahu, dia itu bu Asmi, guru disini! Rumahnya di perumahan ***** indah! Saya sering nganterin dia pulang! Wah, jadi dia binal juga tho! Tapi ya pantes… suaminya kan pelaut,
jarang pulang…” kata pak becak yang pakai topi.
Pikiranku segera mengalahkan suara percakapan seru di warung itu. Aku segera mendapatkan sebuah ide untuk menikmati tubuh seorang guru berjilbab yang ternyata binal. Segera aku membayar makanku ketika melihat sang ibu guru berjilbab beranjak pergi bersama seorang temannya sesama guru. Aku segera tancap gas mengikuti ibu guru cantik itu.
Dua pekan lebih setelah percakapan di warung itu, semua persiapan sudah matang. Aku sudah tahu kapan dia dirumah dan situasi rumahnya. Aku juga tahu hari apa saja pembantunya pergi keluar rumah. Lingkungannya yang sepi juga sudah kupastikan. Aku berencana akan mendapatkan kenikmatan jepitan memek guru muda cantik berjilbab itu dengan memerasnya, berpura-pura memiliki foto dari aibnya ketika melakukan hubungan badan dengan rekan gurunya di warung soto. Nama rekan gurunya, adalah Pak Roy, guru olah raga yang konon playboy.
Hari itu hari rabu sore, aku datang kerumahnya. Saat itu aku tahu adik perempuannya yang sekarang tinggal bersamanya biasany apergi pengajian se kompleks rumahnya, dan ibu Asmi yang montok berjilbab itu pulang pagi karena tidak ada jadwal mengajar. Aku memperkirakan tidak begitu sulit menikmati tubuh sang guru berjlbab semok ini karena memang sudah ada dasarnya kalau dia ini jarang dilayani kehidupan seksnya oleh suaminya yang pelaut.
Kupencet bel 2 kali, baru terdengar jawaban dari dalam. Bu Asmi sendiri yang membukakan pintu, memakai jilbab hijau muda panjang menutupi dada, dan daster putih bermotif bunga-bunga batik.
“permisi bu, saya Anto (tentu saja aku menyamarkan nama asliku). Ada perlu sebentar dengan bu Asmi.” Kataku mantap. “boleh saya masuk?”
“beliau dengan sedikit bingung mempersilahkan aku masuk, dan duduk di sofa diruang tamu. “ada perlu apa yah?” tanya bu Asmi. Pikiranku tidak langusng bisa merespon karena melihat tubuhnya yang sintal ada didepanku. Pahanya dan pantat wanita muda berjilbab semok itu samar-samar terlihat montok, ketika dia tadi berjalan kedalam rumah didepanku, karena dasternya yang tipis.
“begini bu… ini masalah pak Roy dan ibu…” kataku to the point. (gimana nggak, lha aku sudah horny berat)
Ibu guru yang cantik dan berjilbab itu langsung gelagapan. “ada…ada apa ya, dengan pak Roy?” tanyanya. Jelas berpura-pura.
“egini bu, saya tu punya gambar yang menampilkan ibu dan pak Roy.. itu lho, yang ada di warung soto. Nah, saya bingung, mau saya serahkan istrinya pak Roy, eh, pak Roy belum punya istri kan? Mau saya serahkan suami ibu, suami ibu ada di luar negri. Makanya saya kesini mau minta alamat surat suaminya ibu, agar bisa saya kirimi gambar ibu dan pak Roy…”
Bu Asmi yang cantik itu terperanjat mendengar kata2ku (yang kulebih2kan karena memang aku tidak punya gambar2nya). Dia langsung salah tingkah dan bingung. “jangan… jangan pak… jangan berikan ke suami saya… waktu itu kami berdua khilaf…” kata bu asmi . suaranya gemetar. Terlihat matanya mulai berkaca-kaca, membuatku semakin horny.
“wah, gimana yah bu, saya kan ingin jadi warga negara yang baik… atau…” kataku memancing.
“apa saja mas, saya berikan.. asal jangan serahkan gambar2 saya…” bu Asmi mengiba.
“ohh… gitu ya… apa ya… uang, saya punya banyak… kendaraan saya juga punya…” kataku pura-pura berfikir.
“apa aja pak… maafkan saya pak…” kata bu Asmi. Air mata mulai mengalir dipipi wanita alim berjilbab lebar itu.
“mmmm….” Aku pura-pura berpikir lagi. “ahaa!!” kataku seolah mendapat ide. Segera aku meraih tangan halus wanita alim berjilbab itu yang duduk tidak jauh dariku, dan aku tarik dia untuk duduk tepat disisiku.
Ibu guru alim ini berontak tapi tak mampu memberi perlawanan yang berarti melawan tenagaku yang kuat serta gertakan dan bentakan dariku. “ibu juga harus muasin aku, bikin aku ngecrot dengan tangan ibu.” Kataku sambil menaruh tangan halus wanita montok berjilbab itu tepat di kontolku diluar celana jeans, lalu kugerakkan naik turun mengelus batang kemaluanku yang sudah tegang.
:jangaaan…” katanya lirih. Aku tetap memaksanya. “udah, nikmati aja… kamu udah lama ditinggal suamimu kan… pasti kamu rindu ****** kan? Dari pada gambarmu kusebarkan…” kataku sambil mengancam. Lama kelamaan, entah karena pasrah atau memang mulai terangsang, tangan halus ibu guru montok berjilbab itu mulai bergerak sendiri. Aku mendesah panjang keenakan.
“auuughh… coba dibuka sekalian retsleting celanaku bu… biar lebih enak…” kataku memerintahkan bu Asmi, dia menuruti lalu membuka retsleting celana jeansku dan dengan lembut mengeluarkan dan mengelus-elus kontolku. Desahan terdengar dari bibir indahnya. Kerinduan wanita alim berjilbab itu akan seks mulai bangkit. setelah kontolku terasa cukup tegak dan keras, aku raih kepalanya yang masih memakai jilbab, lalu dengan sedikit memaksa aku tekan kepalanya mendekat diatas batang kontolku. Wanita montok berjilbab ini memejamkan matanya ketika kontolku kutempelkan ke wajahnya dan kutepuk2kan ke pipinya yang halus.
“mulutnya dibuka bu.” Kataku. Batang kontolku sudah kutempel dan kugesek-gesekkan di bibirnya yang masih terkatup. Dia tidak segera mau membuka bibirnya. “ayo bu… daripada gambarnya tak sebarin…” kataku. Mendengar ancamanku, perlawanannya mengendur dan pelan-pelan ia membuka bibirnya, membiarkan kontolku masuk sedikit demi sedikit ke mulutnya. “aaahh.. ” desahku. Terasa hangat ketika rongga mulut ibu guru berjilbab itu penuh oleh kontolku. Kupegang kepalanya yang masih terbungkus jilbab putih, lalu pelan-pelan kugerakkan kepalanya naik turun, memompa kontolku. Lama-lama ibu guru muda montok berjilbab itu tanpa dorongan dariku menggerak-gerakkan kepalanya sendiri. “mmmhhh…” aku mengerang. Wanita berjilbab ini sepertinya sangat hebat dalam blow job. Selain mengulum dan memompa kontolku, kuperintahkan jua dia menjilatinya dan mengulum buah pelirku juga. Sensasi tersendiri kurasakan ketika melihat wanita cantik berjilbab ini menjilat-jilat kontolku dan mengemut-emut buah zakarku dengan wajah merah padam. Marah, malu, risih, takut, namun juga birahi, dan kerinduan akan ****** menyatu jadi satu, membuat wanita cantik berjilbab ini semakin cantik.
“auh.. uh.. uuh ..” aku terus merintih menahan kenikmatan semantara Bu Asmi sibuk dengan aktivitasnya
“ah .. mmhh.. Bu… ayooo bu… mau sampai buu…” rintihku karna aku merasa seperti mau meledak
Dia tak menjawab, malah semakin hebat menyedot kontolku. Tubuhku semakin mengejang dan tanpa bisa kubendung lagi, muncratlah cairan putih itu. Kepalaku langsung terangkat keatas, tubuhku terhempas di sandaran sofa. Tanganku kencang mencengkeram kepalanya yang masih terbungkus jilbab.
Rasanya seperti sedang melayang, wanita cantik bertubuh seksi berjilbab itu menelan habis spermaku sementara aku masih terduduk kaku. Bu Asmi lalu mengangkat kepalanya. Tatapan matanya liar, namun seolah hendak ia kendalikan. Segera dia menjauh dari tubuhku dan kontolku yang masih berkedut-kedut, lalu meraih tissue dimeja dan mengelap bibirnya yang masih ada sisa spermaku.
“saya sudah melayanimu kan, sekarang tolong mas… berikan gambarnya…” kata Bu Asmi. Tubuhnya masih bergetar. Nafasnya masih memburu. Aku tahu wanita cantik montok ini masih ada dalam genggaman nafsu birahi, sementara kenikmatan yang kuraih itu bukanlah kuanggap sebagai final, namun baru pemanasan.
Secepat kilat aku mendekatinya yang terkejut dan berusaha menghindar, namun terlambat, ketika tanganku kembali mencengkeram bagian beakang jilbabnya.
“bu…” kataku penuh nafsu. “saya mau tubuh ibu…” kataku ditengah deru nafasku dan nafasnya yang menggebu.
Setelah wajah kami berhadapan langsung aku menciuminya dengan kasar dan ganas penuh birahi. Dia yang awalnya menjerit-jerit akhirnya justru mendesah-desah ketika seluruh bagian wajahnya kujadikan sasaran ciuman. Bahkan sesaat kemudian wanita montok berjilbab ini membalas ciuman-ciumanku dengan tak kalah ganasnya. Aku segera menindih tubuh sintalnya yang masih terbalut jubah panjang putih diatas sofa. Kami berpelukan dan aku kembali mencium bu Asmi, lalu melumat bibirnya sementara tanganku bergerilya melepaskan kancing jubahny ayang berada dibagian belakang jubahnya satu demi satu. Setelah lepas semua, langsung kulepaskan jubah itu. Bu Asmi yang sudah pasrah dan terhanyut dalam nafsu birahinya, tdak memberikan perlawanan. Justru diantara nafasnya yang memburu, ibu guru muda montok berjilbab itu sempat mengangkat tubuhnya sedikit agar memudahkanku melolosi jubahnya. Segera jubah itu lepas sekalian celana dalam pink berenda yang ia pakai. Akhirnya didepanku tampak seorang ibu guru muda berjilbab bertubuh montok berbaring pasrah. Nafasny amemburu didera nafsu birahi. Tubuhnya yang sudah lama tidak disentuh lelaki menggelora. Aku meraih kontolku yang sudah kembali menegang dan mengocokny apelan. “aku akan segera menggenjotmu, ibu guru berjilbab yang cantikk..” kataku. Bu Asmi hanya memandangku dengan tatapannya yang marah namun bercamur birahi. Ia menggigiti bibir bawahnya seakan menahan nafsunya agar tidak terlepas. Jilbab dan BH hitam yang masih belum kulepas membuatnya semakin erotis, ditambah gerakan-gerakan tubuhnya yang seakan menahan derai birahi.
Asmi merintih minta ampun ketika aku melumat telinganya dari luar jilbab yang masih ia kenakan. Tak lama, aku mengarahkan kepala ku kebawah yaitu payudaranya, aku segera melepas BH nya dan mulai meremas-remas dadanya, sekali-sekali aku puntir putingnya sehingga ia melenguh panjang. “maaasshhh… udaaaaahhh….heeeeghhh… akuu nggaak tahaaaaan…” wanita berjilbab itu mulai meracau jalang. Aku semakin diatas angin. Puas meraba aku lalu menyapu seluruh dadanya dengan lidahku dan menyedot ujung putingnya sambil digigit-gigit sedikit. Hasilnya hebat sekali Asmi bergoyang sambil meracau binal. “aiiiihhh….emmmmhhh!!! udaaaah… maaasss… “. Setelah itu kepalaku turun hingga berhadapan dengan memeknya, wangi yang baru pernah kucium itu membuatku bertambah panas sehingga kujilati semua permukaan memeknya yang sudah banjir itu. Gadis alim berjilbab bertubuh semok itu semakin kelojotan tidak karuan. pahanya dibukalebar sehingga memudahkan aku menjilat dan memasukkan lidahku kedalam memeknya dan menggigit-gigit bagian daging yang merah jambu. Sehingga tubuh Asmi semakin mengejang hebat
“sshh.. aahh.. teruuussss maaassss…aaahhh…ampuuunnn…”
Sekitar lima menit kusapu memeknya, aku melepaskan memeknya dan kembali keatas mengulum bibirnya. Tubuhku menindih tubuh sintal ibu guru muda berjilbab itu. Pahanya sudah mengangkang. Memeknya terlihat haus akan ******. Aku membuka celanaku lalu meraih kontolku dan kugesek-gesekkan di memek nikmat ibu guru montok berjilbab itu.
“masukkan ya bu…” kataku.
“iyaaaah…masukiiin…ibu dah gak tahaaaaannn…” dengan terengah-engah ibu guru muda itu menggerak-gerakkan pinggulnya seolah tak sabar menerima kontolku. Pelan-pelan kudorong kontolku menerobos goa miliknya yang masih sempit karena jarang sekali digunakan oleh suaminya yang jarang pulang.
“auuuhhh…aiiihhh…enaaak… gateeelll…enaaaakk..” wanita muda berjilbab itu meracau dan merintih jalang ketika kontolku mulai memompa memeknya yang sempit.
Aku merasakan kenikmatan yang kebih hebat dibandingkan saat dimasukkan kemulutnya.
“slep.. slep..slep.. slep..slep.. slep..slep..” kuputar-putar didalam sambil mengikuti goyangan pantat Asmi. sambil kupompa bibir kami terus berperang dan tanganku meraba dan meremas payudaranya dan sekali kali memuntir putingnya.
“uh..ah..mm..ssh..terus masshh..mmh” desah wanita berjilbab yang menjadi binal itu sambil meremas pantatku. Kontolku terasa semakin menegang. Tak terasa sudah dua puluh menit kami “bergoyang”. Bu Asmi sudah beberapa kali orgasme, karena kurasakan beberapa kali memek sempitnya berdenyut keras mencengkeram kontolku. Cairan kemaluannya sudah mengalir deras membasahi sofa. Wanita berjilbab ini terlihat menggelepar-gelepar, kewalahan menghadapi stamina kudaku.
“ooh ..mmh.. ah udah gak kuat.. udaahh maassss mmh ..enaakkhh..” rintih Asmi terpejam.
Akupun semakin memperdalam tusukanku dan mempercepat tempo karena juga merasakan sesuatu yang akan keluar.
“sshh..aarrgghh” jeritnya sambil mencengkram punggungku,
“aahh..aahh” desahku pada saat yang bersamaan sambil mulutku menyedot kedua puting susunya kuat-kuat secara bergantian.
Air maniku muncrat bertepatan dengan air hangat yang kembali keluar mengguyur kontolku didalam memeknya. Ternyata bersamaan dengan orgasmeku, Bu Asmi sang Ibu Guru muda berjilbab bertubuh montok itu menikmati puncak orgasme sampai betul-betul habis. Setelah mengambil nafas beberapa saat, baru aku mencabut kontolku dan segera mengenakan kembali celanaku, membiarkan bu Asmi itu lemas terlentang di sofa.
“berikan gambarnya.” Kata bu Asmi lirih, ketika dia sudah mendapatkan sedikit tenaga. Ia sudah kembali duduk di sofa. Jubahnya belum ia kenakan, hanya ia gunakan untuk menutup tubuh bawahnya. Tubuh bagian atasnya ia tutup memakai jilbab panjangnya.
“gambar apa?” kataku tersenyum menang. Wanita cantik berjilbab itu kaget.
“aku hanya tau kalau ibu sudah pernah melakukan hubungan sama pak Roy dari informasi dari orang yang melihat ibu. Saya tidak punya gambar apa-apa tentang itu.” Kataku lagi.
Sebelum ibu Asmi mulai marah, aku segera mengeluarkan kartu As yang baru saja kubuat.
“tapi bu… saya tadi berhasil merekam secara sembunyi2 kegiatan kita…” ibu Asmi kembali kaget mendengar aku mengeluarkan kartu baru. “jangan lagi…” bisiknya sambil menangis.
“tidak apa-apa bu… saya tidak meminta banyak…” aku senang dengan keadaan ini. Aku sudah menang besar.
“Saya hanya minta ibu tidak melaporkan kepada siapa-siapa tentang apa yang terjadi barusan, dan…” aku kembali tersenyum senang.
“jika saya kangen, saya ingin menikmati remasan memek ibu lagi…” kataku. Bu asmi terdiam. Ia terisak.
“bagaimana bu?” ia beberapa saat tidak menyahut, namun kemudian dia mengangguk. Aku tesenyum.
0 komentar:
Posting Komentar